Pada suatu ketika, di sebuah desa kecil yang tenang dikelilingi oleh gunung dan ladang, hiduplah seorang anak laki laki berusia enam tahun yang penasaran bernama Jack. Jack memiliki mata biru cerah yang berkilau penuh semangat dan rambut cokelat yang berantakan yang tidak pernah rapi meskipun ibunya berusaha menyisirnya. Jack mencintai petualangan. Sementara anak anak lain puas bermain di alun alun desa, Jack bermimpi untuk menjelajahi tanah tanah misterius di balik bukit.
Tempat favoritnya untuk bermain adalah tepi hutan di mana sebuah aliran sungai kecil mengalir. Ia menghabiskan berjam jam di sana, melempar batu, membuat perahu kecil dari ranting, dan membayangkan kisah kisah tentang negeri yang jauh. Jack selalu mendengar cerita dari kakeknya tentang Sungai Pelangi, sebuah sungai ajaib yang bisa mengabulkan satu permohonan kepada siapa pun yang menemukannya. Namun sungai itu konon tersembunyi jauh di dalam hutan, dan tidak ada seorang pun dari desa yang pernah menemukannya.
"Kakek," tanya Jack suatu malam saat mereka duduk di dekat api unggun, "apakah kau pikir Sungai Pelangi itu nyata?"
Kakeknya, seorang pria tua dengan wajah ramah dan sorot mata yang berkilau, tersenyum. "Yah, Jack, setiap legenda memiliki sedikit kebenaran di dalamnya. Tapi Sungai Pelangi tidak diperuntukkan bagi sembarang orang. Hanya mereka yang benar benar percaya dan menunjukkan keberanian, kebaikan, dan ketekunan yang dapat menemukannya."
Sejak hari itu, Jack tidak bisa berhenti memikirkan tentang Sungai Pelangi. Suatu pagi yang cerah, dengan ransel kesayangannya yang dipenuhi makanan ringan, botol air, dan buku gambar untuk membuat peta, Jack memutuskan sudah saatnya. "Aku akan menemukan Sungai Pelangi," ia mengumumkan kepada anjingnya, Rusty. Rusty adalah terrier kecil yang berbulu rapi dengan telinga menjuntai dan energi yang tak ada habisnya. Ia menggonggong gembira, seolah berkata, "Ayo kita lakukan!"
Jack dan Rusty berangkat menuju hutan. Pepohonan berdiri tinggi dan megah, daun daun mereka berdesir lembut di angin. Semakin dalam mereka masuk, semakin sunyi suasananya, hingga yang bisa mereka dengar hanyalah suara kering daun di bawah sepatu Jack dan gonggongan sesekali dari Rusty. Jack merasakan campuran kegembiraan dan kecemasan, tetapi ia terus melangkah.
Setelah berjalan beberapa saat, Jack sampai di persimpangan jalan. Satu jalan tampak sering dilalui dan aman, sementara yang lainnya tertutup semak dan gelap. Jack teringat kata kata kakeknya tentang keberanian dan memutuskan untuk mengambil jalan yang gelap itu. "Ayo, Rusty," katanya, melangkah ke dalam ketidakpastian.
Jalan itu membawa mereka ke sebuah padang di mana mereka melihat seekor burung hantu tua bertengger di cabang rendah. Burung hantu itu memiliki bulu yang berkilau seperti perak dan mata yang tampaknya melihat segalanya. "Siapa kamu, anak kecil?" burung hantu itu berkicau.
"Aku Jack," katanya, berdiri tegak. "Aku mencari Sungai Pelangi. Apakah kau tahu di mana itu?"
Burung hantu itu miringkan kepalanya. "Sungai Pelangi tidak mudah ditemukan. Untuk mencapainya, kamu harus menyelesaikan tantangan hutan. Hanya hati yang baik dan berani yang dapat berhasil."
"Aku siap," kata Jack penuh percaya diri.
Burung hantu itu mengangguk. "Baiklah. Tantangan pertama kamu ada di depan." Ia mengepakkan sayapnya dan terbang pergi, meninggalkan sebuah bulu tunggal di belakang. Jack mengambilnya, bertanya tanya apa artinya.
Jack dan Rusty melanjutkan perjalanan, dan segera mereka mendengar suara tangisan. Mengikuti suara tersebut, mereka menemukan seekor rubah kecil dengan cakar terjepit di bawah cabang berat. Rubah itu menatap Jack dengan mata berair. "Bisakah kamu membantuku?" tanya rubah itu.
Jack tidak ragu. Ia berlutut dan, menggunakan seluruh kekuatannya, mengangkat cabang itu cukup tinggi agar rubah bisa membebaskan cakarnya. "Nah, sudah selesai!" kata Jack sambil tersenyum.
"Terima kasih," kata rubah itu, menggerak gerakkan ekornya yang berbulu lebat. "Kamu memiliki hati yang baik. Ambillah ini." Rubah itu memberikan Jack sebuah batu mengkilap. "Ini akan membantumu dalam perjalananmu."
Jack mengucapkan terima kasih kepada rubah dan melanjutkan perjalanannya. Hutan kini tampak lebih cerah, seolah mendukungnya.
Tantangan kedua muncul ketika Jack dan Rusty mencapai sebuah sungai lebar yang mengalir deras. Tidak ada jembatan, dan airnya tampak terlalu dalam untuk diseberangi. Jack melihat sekeliling, bertanya tanya apa yang harus dilakukan. Tiba tiba, ia memperhatikan sekelompok berang berang yang sedang membangun bendungan di dekatnya.
"Permisi," Jack memanggil berang berang. "Bisakah kalian membantu kami menyeberangi sungai?"
Salah satu berang berang, yang besar dengan bercak bulu abu abu, melihat Jack dengan serius. "Mengapa kami harus membantu kamu?" tanyanya.
Jack berpikir sejenak. "Karena aku mencoba menemukan Sungai Pelangi untuk membawa sedikit keajaiban kembali ke desa. Dan aku berjanji untuk selalu baik kepada hutan dan semua yang tinggal di sini."
Berang berang itu tampak puas dengan jawabannya. Mereka segera bekerja sama untuk membuat jalan yang kokoh dari balok kayu di seberang sungai. Jack dan Rusty menyeberang dengan hati hati, mengucapkan terima kasih kepada berang berang saat mereka melintas. "Semoga sukses!" panggil berang berang kepada mereka.
Hati Jack terasa lebih ringan dengan setiap langkah. Ia tahu ia berada di jalur yang benar. Tetapi tantangan terbesar masih harus dihadapi.
Ketika matahari mulai terbenam, Jack dan Rusty mencapai bagian gelap dari hutan. Pepohonannya bengkok dan terpelintir, dan angin dingin bertiup melalui cabang cabang. Di tengah jalan berdiri sosok bayangan tinggi. Ia tidak berbicara tetapi tampaknya menghalangi jalan mereka.
Rusty menggeram pelan, tetapi Jack mengangkat tangannya. "Tidak apa apa, nak," katanya, melangkah maju. Sosok bayangan itu menjulang di atasnya, tetapi Jack tidak merasa takut. Ia teringat kata kata kakeknya tentang keberanian.
"Aku tidak ingin melawanmu," kata Jack dengan tenang. "Aku hanya ingin menemukan Sungai Pelangi untuk membantu desaku. Jika kau di sini untuk mengujiku, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membuktikan bahwa aku layak."
Untuk sesaat, sosok bayangan itu tidak bergerak. Kemudian, perlahan, ia larut menjadi cahaya berkilau yang kecil, mengungkapkan jalan tersembunyi di belakangnya. Jack dan Rusty mengikuti jalan itu, jantung mereka berdebar debar penuh semangat.
akhirnya, mereka sampai di sebuah padang besar. Di tengah padang terdapat Sungai Pelangi. Itu adalah hal terindah yang pernah dilihat Jack. Airnya berkilau dengan semua warna pelangi, dan musik lembut tampak mengalir darinya. Jack tidak bisa mempercayai matanya.
Ketika ia mendekati sungai, burung hantu berbulu perak itu muncul lagi. "Kamu telah melakukan dengan baik, Jack," kata burung hantu. "Kebaikan, keberanian, dan ketekunanmu telah membawamu ke sini. Sekarang, kamu boleh membuat satu permohonan."
Jack memikirkan semua petualangan yang telah ia jalani dan teman teman yang ia buat sepanjang perjalanan. Ia menyadari bahwa meskipun Sungai Pelangi itu ajaib, perjalanan itu sendiri adalah harta sejati. Namun, ia tahu apa yang harus dipohonnya.
"Aku berharap desaku selalu penuh dengan kebaikan dan keberanian," kata Jack. "Agar semua orang dapat merasakan keajaiban yang aku rasakan dalam perjalanan ini."
Sungai Pelangi bersinar terang, dan cahaya itu tampak menyebar melalui hutan, mengisi setiap sudut dengan kehangatan dan kebahagiaan. Burung hantu itu mengangguk setuju. "Permohonanmu telah dikabulkan, Jack. Keajaiban Sungai Pelangi sekarang akan tinggal di desamu selamanya."
Jack dan Rusty kembali ke rumah, hati mereka penuh kebahagiaan. Ketika mereka sampai di desa, mereka menemukan segalanya lebih cerah dan lebih berwarna daripada sebelumnya. Penduduk desa menyambut mereka dengan senyuman, dan Jack merasakan cahaya hangat mengetahui ia telah membawa sedikit keajaiban kembali bersamanya.
Sejak hari itu, Jack dikenal sebagai anak yang menemukan Sungai Pelangi. Tapi yang lebih penting, ia menginspirasi semua orang di desa untuk menjadi baik, berani, dan penasaran. Dan meskipun ia terus bermimpi tentang petualangan baru, Jack tidak pernah melupakan pelajaran yang ia pelajari dalam perjalanan ajaibnya.
Akhir.