Suatu pagi musim gugur yang segar, Elara memutuskan untuk menjelajahi loteng rumah neneknya. Neneknya, seorang wanita bijak dan lembut bernama Althea, telah menghabiskan hidupnya mengumpulkan barang barang aneh dan artefak dari perjalanannya. Loteng itu adalah harta karun kenangan yang terlupakan, dan hati Elara berdebar debar penuh kegembiraan saat ia menaiki tangga yang berderit. Sinar matahari menyinari melalui jendela kecil yang berdebu, menerangi ruangan dengan cahaya emas yang hangat.
Ketika Elara menyisir melalui peti peti dan kotak kotak tua, jari jarinya menyentuh sesuatu yang lembut dan dingin. Dia menariknya keluar dan ternganga. Itu adalah sebuah syal yang tidak seperti yang pernah dia lihat sebelumnya. Kainnya berkilau seolah ditenun dari benang cahaya bulan dan bintang. Pola rumit menari di permukaannya, bergeser dan berubah seolah hidup.
"Syal yang begitu indah," gumamnya pada dirinya sendiri. "Aku ingin tahu di mana Nenek menemukannya.
Belum sempat kata katanya terucap, syal itu mulai bersinar lebih terang. Angin lembut tampak berputar di sekelilingnya, meskipun jendela loteng tertutup rapat. Sebelum Elara bisa bereaksi, syal itu melilitkan dirinya di bahunya, dan dunia mulai miring. Warna dan bentuk memburam bersama, dan sensasi seperti ditarik melalui sungai yang mengalir deras melanda indra inderanya. Ketika dunia stabil kembali, Elara mendapati dirinya berdiri di tempat yang sama sekali asing. Dia tidak lagi berada di loteng neneknya. Sebagai gantinya, dia berdiri di padang luas yang disinari cahaya emas. Udara dipenuhi dengan aroma manis bunga yang mekar, dan nyanyian burung yang melodius terdengar di kejauhan. Syal itu, yang masih melilit di bahunya, tampak berdengung lembut, seolah puas dengan dirinya sendiri.
"Di mana aku?" Elara berbisik, suaranya penuh keajaiban.
Sebuah tawa lembut menjawabnya. Elara berbalik dan melihat sosok tinggi mendekat. Itu adalah seorang wanita dengan rambut yang berkilau seperti perak dan mata yang bersinar seperti permata. Dia mengenakan gaun mengalir yang tampak terbuat dari kain etereal yang sama dengan syal itu.
"Selamat datang, pelancong," kata wanita itu, suaranya seperti bunyi lonceng. "Kau telah dipilih oleh Syal Alam. Itu telah membawamu ke sini untuk mempelajari apa yang paling perlu kau ketahui.
Elara berkedip bingung. "Syal Alam? Mempelajari apa yang perlu aku ketahui? Aku tidak mengerti. " Wanita itu tersenyum lembut. "Syal itu adalah artefak sihir, jembatan antara dunia. Itu membawa mereka yang memiliki hati yang murni dalam perjalanan untuk mengajari mereka pelajaran penting. Kau, Elara, telah dipilih.
Sebelum Elara bisa mengajukan lebih banyak pertanyaan, wanita itu melangkah mundur dan larut menjadi shower cahaya. Syal itu kembali berdengung, dan Elara merasakan tarikan di bahunya. Dia berbalik untuk melihat sebuah jalan berkelok melalui padang, yang tepian dipenuhi dengan bunga yang bersinar.
Dengan tidak ada pilihan lain, dan rasa ingin tahunya mengalahkan ketakutannya, Elara mulai berjalan.
Tempat pertama yang dia kunjungi adalah hutan yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Pohon pohonnya sangat besar, batangnya berkilau dengan warna warna iridescent. Daunnya bersinar lembut, menjatuhkan warna pelangi di lantai hutan. Saat dia berjalan, Elara melihat makhluk kecil mengintip dari balik pohon. Mereka tidak lebih besar dari tupai tetapi memiliki sayap seperti kupu kupu dan mata yang bersinar dengan kecerdasan. Salah satu makhluk itu melayang maju. "Salam, pelancong," katanya dengan suara tinggi.
"Aku tidak yakin," akui Elara. "Syal itu membawaku ke sini. Aku rasa aku seharusnya belajar sesuatu.
Makhluk itu memiringkan kepala. "Mungkin kau harus mengunjungi Kolam Kebenaran. Itu terletak di jantung hutan dan mengungkapkan apa yang paling perlu dilihat seseorang.
Elara mengucapkan terima kasih kepada makhluk itu dan mengikuti petunjuknya. Jalan itu membawanya ke sebuah tempat terbuka melingkar di mana kolam air jernih, tenang terletak. Permukaannya begitu halus sehingga terlihat seperti cermin. Saat dia mendekat, syal di bahunya mulai hangat. Berlutut di tepi kolam, Elara menatap ke dalam kedalamannya. Awalnya, dia hanya melihat bayangannya.
Gambar itu bergeser, dan kini Elara melihat dirinya ragu ragu saat neneknya mendorongnya untuk membagikan ceritanya kepada seluruh desa selama festival. "Bagaimana jika mereka tidak menyukai ceritaku?" tanya Elara. "Bagaimana jika aku tidak cukup baik?
Kolam itu diam, dan Elara menatap bayangannya, hatinya berat. Dia menyadari bahwa ketakutannya akan kegagalan telah menghalanginya untuk berbagi bakatnya secara lebih luas. Syal itu kembali berdengung, seolah setuju.
"Aku mengerti sekarang," kata Elara pelan. "Aku perlu percaya pada diriku sendiri dan ceritaku. Mereka membawa kebahagiaan bagi orang lain, dan itu yang terpenting. " Begitu kata kata itu keluar dari bibirnya, kolam itu berkilau dan larut menjadi kabut.
Ketika dunia stabil, dia menemukan dirinya di tempat baru sebuah pasar yang ramai penuh dengan warna warna cerah dan musik yang meriah. Para pedagang memanggil, menjajakan barang barang yang berkisar dari permata yang bercahaya hingga toples berisi cahaya bintang yang berputar. Udara bergetar dengan energi, dan Elara tidak bisa menahan senyum.
Ketika dia menjelajahi pasar, dia melihat seorang bocah laki laki duduk sendirian di dekat air mancur. Dia terlihat sedih, bahunya merosot. Elara mendekatinya dengan hati hati.
"Apakah kau baik baik saja?" tanyanya lembut. Bocah itu menatapnya, matanya dipenuhi air mata. "Aku kehilangan gelang ibuku," katanya. "Itu sangat spesial baginya, dan sekarang sudah hilang.
Elara merasakan rasa simpati.
Bocah itu menunjuk ke arah labirin stan. "Di suatu tempat di sana, tetapi aku sudah mencarinya di mana mana, dan aku tidak dapat menemukannya.
Elara berpikir sejenak. "Bagaimana kalau kita mencarinya bersama? Dua pasang mata lebih baik daripada satu. " Bocah itu mengangguk, dan mereka mulai mencari. Saat mereka menyusuri stan stan, Elara memperhatikan bagaimana para pedagang berinteraksi dengan pelanggan mereka. Beberapa bersikap baik dan sabar, sementara yang lain kasar dan acuh tak acuh. Dia menyadari bahwa cara orang memperlakukan satu sama lain memiliki dampak yang mendalam pada pengalaman mereka.
Akhirnya, setelah apa yang terasa berjam jam, Elara melihat kilauan perak di bawah tumpukan syal berwarna warni. Dia mengambilnya dan menyodorkannya kepada bocah itu. "Apakah ini gelangnya?
Wajah bocah itu bersinar dengan sukacita. "Ya! Terima kasih banyak!
Saat dia berlari untuk menemukan ibunya, Elara merasakan kehangatan di dadanya.
Akhirnya, syal membawanya ke tujuannya yang terakhir sebuah puncak gunung yang tenang di mana wanita dari padang menunggu kedatangannya. Wanita itu tersenyum saat Elara mendekat.
"Kau telah melakukan dengan baik, Elara," katanya. "Kau telah menghadapi tantangan dengan keberanian, kebaikan, dan hati yang terbuka. Pelajaran yang kau pelajari akan berguna dalam kehidupanmu.
Syal itu mulai bersinar sekali lagi, melilitkan Elara dalam cahaya hangatnya. "Sudah waktunya bagimu untuk kembali ke rumah," kata wanita itu. "Tapi ingat, sihir syal tidak hanya terletak pada benangnya itu ada di dalam dirimu. " Dengan kata kata itu, dunia kabur dan bergeser untuk terakhir kalinya. Ketika Elara membuka matanya, dia kembali berada di loteng neneknya, syal berkilau terlipat rapi di pangkuannya.
Elara tersenyum, hatinya penuh rasa syukur dan kepercayaan diri yang baru. Dia telah menjalani petualangan seumur hidup dan kembali dengan pelajaran yang akan memandu hidupnya selamanya. Sejak hari itu, Elara berbagi ceritanya dengan bebas, menginspirasi orang orang di sekitarnya dengan kisah kisah keberanian, kebaikan, dan sihir yang ada dalam diri kita semua.
Dan demikianlah, hidup Elara menjadi petualangan tersendiri sebuah perjalanan pertumbuhan, koneksi, dan keajaiban yang tak berujung. Syal itu tetap ada di tangannya, sebagai pengingat negeri fantastis yang telah dia kunjungi dan pelajaran yang telah dia pelajari. Namun Elara tahu bahwa sihir sejati terletak bukan pada syal, tetapi di dalam hatinya sendiri.
Dan dia hidup bahagia selamanya.
Sebuah syal berkilau ajaib
Ke padang emas yang dipenuhi bunga-bunga yang mekar
Seorang wanita etereal dengan rambut perak dan mata yang berkilau
Itu menunjukkan ketakutannya akan kegagalan dan kebutuhannya untuk percaya pada dirinya sendiri
Dia menemukan gelang yang hilang dan mengembalikannya kepadanya
Dia belajar tentang kekuatan kebaikan dan kehangatan
Sihir keberanian kebaikan dan kepercayaan diri di dalam dirinya sendiri
Bagikan
Cerita Lainnya
Menemukan Sihir Kisah Penjelajahan Leo
Cerita Lainnya