Ketika jam berdentang tengah malam, sesuatu yang luar biasa terjadi. Angin lembut menyelinap melalui jendela yang terbuka, membawa bisikan paling lembut.
Lila duduk di tempat tidurnya, matanya lebar dengan rasa ingin tahu. "Siapa di sana? tanyanya, suaranya hampir tak terdengar. Angin berputar di sekelilingnya, ceria dan hangat. "Aku adalah Suara Malam, jawabnya. "Dan jika kau cukup berani, aku dapat membimbingmu melalui tanah yang hanya dimimpikan oleh hatimu.
Lila ragu sejenak sebelum mengangguk dengan bersemangat.
Suara Malam tertawa lembut dan berputar menjadi kabut berkilau. "Tutup matamu, pemimpi kecil, dan biarkan malam membawamu pergi. Ketika Lila menutup matanya, ia merasakan udara di sekelilingnya beralih. Ketika ia membuka mata lagi, ia tidak lagi berada di lotengnya tetapi berdiri di dek sebuah kapal megah yang berlayar di atas lautan bintang. Layarnya terbuat dari cahaya bulan, dan awaknya adalah konstelasi, bentuknya yang berkilauan bergerak dengan tujuan. Lila ternganga kagum.
"Selamat datang di Penjelajah Bintang, kata Suara Malam, kini menjadi sosok yang bercahaya di sampingnya. "Tujuan pertama kita adalah Hutan Bisikan.
Sebelum Lila sempat bertanya apa itu, kapal meluncur berhenti di tepi hutan yang subur dan bercahaya. Pokok pokok berkilau dengan daun bioluminescent, dan udara dipenuhi dengan suara bisikan lembut dan melodi. Lila melangkah keluar dari kapal dan menjelajahi hutan, di mana ia menemukan bahwa bisikan itu berasal dari pokok pokok itu sendiri. Mereka berbicara dalam teka teki, masing masing merupakan petunjuk untuk sepotong sejarah yang terlupakan. Satu pokok membisikkan, "Di pasir waktu, di mana piramida menjulang, matahari dan bintang bintang sejajar untuk membimbing yang bijak.
Setelah apa yang terasa seperti berjam jam, Suara Malam muncul kembali. "Saatnya untuk melanjutkan, Lila. Rasa ingin tahu adalah hadiah, tetapi begitu juga dengan berbagi apa yang telah kau pelajari.
Lila mengangguk, hatinya penuh dengan keajaiban, dan mengikuti Suara kembali ke kapal.
Di Pulau Cerita, Lila bertemu dengan seekor burung hantu tua bijak yang memberinya sebuah pena yang terbuat dari debu bintang. "Tulis ceritamu sendiri, kata burung hantu itu, "dan lihat ke mana itu membawamu.
Lila ragu. "Tapi aku tidak tahu bagaimana memulainya.
Mengambil napas dalam dalam, Lila mulai menulis. Betapa terkejutnya ia, kata kata yang ia tulis hidup, melukis gambar gambar jelas di udara di sekelilingnya. Ia menulis tentang seorang gadis pemberani yang berlayar di antara bintang bintang, memecahkan teka teki, dan menemukan tanah ajaib. Semakin banyak ia menulis, semakin percaya dirinya ia menjadi. Ia menyadari bahwa cerita bukan hanya tentang melarikan diri tetapi tentang menjelajah, memahami, dan terhubung. Ketika Lila akhirnya meletakkan pena itu, burung hantu mengangguk menyetujui.
Kembali di Penjelajah Bintang, Suara Malam berkata, "Satu pemberhentian terakhir, Lila. Lembah Mimpi. Kapal turun ke dalam lembah tenang di mana langit adalah kanvas berputar warna. Mimpi mengapung seperti gelembung, masing masing menyimpan sekilas harapan dan keinginan seseorang. Lila meraih satu untuk menyentuhnya dan mendapati dirinya berdiri di pasar yang ramai yang dipenuhi dengan penemuan dan ide. Mimpi lain menunjukkan seorang seniman muda yang melukis mahakarya, sementara mimpi lainnya mengungkapkan seorang ilmuwan yang menemukan obat untuk penyakit.
"Ini adalah mimpi umat manusia, jelas Suara itu. "Mereka mengingatkan kita tentang apa yang mungkin terjadi ketika kita berani membayangkan. Lila merasakan kehangatan di dadanya. Ia menyadari bahwa setiap teka teki yang telah ia pecahkan, setiap cerita yang telah ia tulis, dan setiap mimpi yang telah ia saksikan saling terhubung. Mereka semua adalah bagian dari teka teki yang lebih besar pengingat bahwa pengetahuan, kreativitas, dan harapan dapat membentuk dunia.
Ketika sinar pertama fajar menyinari cakrawala, Suara Malam lembut membimbing Lila kembali ke lotengnya. "Ingat, Lila, katanya saat mulai memudar, "malam mungkin membisikkan, tetapi tergantung padamu untuk mendengarkan, belajar, dan berbagi.
Sejak hari itu, Lila menjadi seorang pendongeng, kata katanya membawa keajaiban malam kepada setiap orang yang membacanya. Dan meskipun Suara Malam tidak pernah berbicara padanya lagi, ia tahu bahwa Suara itu selalu ada, membisikkan kepada mereka yang bersedia mendengarkan. 🌌.
Mendengar bintang-bintang dan pergi ke pengembaraan ajaib.
Kain layar kapal itu terbuat daripada cahaya bulan.
Mereka membisikkan teka-teki tentang tamadun purba.
Burung hantu memberinya bulu pena yang terbuat daripada debu bintang.
Kata-katanya menjadi hidup sebagai gambar-gambar ajaib.
Dia melihat mimpi orang mencipta seni, penemuan, dan penemuan.
Dia menjadi seorang pencerita untuk memberi inspirasi kepada orang lain untuk bermimpi.
Kongsi
Cerita Lain