Suatu ketika, di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh bukit hijau dan ladang emas, hiduplah seorang anak laki laki berumur enam tahun yang baik hati bernama Alex. Alex mencintai hewan lebih dari apapun di dunia ini. Ia menghabiskan harinya memberi makan bebek di kolam, bermain dengan anjing di alun alun desa, dan bahkan berbicara dengan burung burung yang bertengger di ambang jendelanya. Alex memiliki bakat khusus, meskipun ia tidak bisa memahami kata kata mereka, ia merasa dapat merasakan apa yang coba disampaikan oleh hewan hewan tersebut.
Suatu malam, ketika matahari mulai terbenam dan langit berubah menjadi nuansa merah muda dan oranye, Alex duduk di tangga cottage kecilnya. Ia sedang bermain dengan kucing putih berbulu lembutnya, Whiskers, ketika ia melihat sesuatu yang aneh. Di kejauhan, hutan dekat tepi desa tampak bersinar samar. Itu bukan cahaya yang berasal dari matahari terbenam itu lembut dan keemasan, seperti lentera ajaib yang tersembunyi di antara pepohonan.
"Apakah kamu melihat itu, Whiskers?" tanya Alex, menunjuk ke arah hutan. Whiskers mengeong dan memiringkan kepalanya, seolah ia juga menganggapnya aneh.
Rasa ingin tahu memenuhi hati Alex. Ia mengambil ransel kecilnya, memasukkan sebuah apel dan sebotol air, dan berkata kepada Whiskers, "Ayo kita lihat apa yang terjadi. Mungkin hewan hewan membutuhkan bantuan kita."
Dengan Whiskers yang melangkah di sampingnya, Alex berjalan menuju hutan. Semakin dekat ia mendekat, semakin ia menyadari betapa sepinya segala sesuatu. Kicauan burung dan suara daun yang bergesekan telah memudar menjadi kesunyian. Itu bukan kesunyian yang menakutkan, melainkan seolah olah hutan menahan napas, menunggu sesuatu terjadi.
Ketika Alex melangkah ke dalam hutan, ia terpesona oleh apa yang ia lihat. Pohon pohon lebih tinggi dari yang ia ingat, cabang cabangnya berkilau dengan cahaya kecil, seperti bintang yang terjebak di antara daun daun. Udara berbau manis dan segar, dan jalan di depan tampak bersinar samar, menuntunnya lebih dalam ke dalam hutan.
"Halo?" panggil Alex perlahan. "Ada siapa di sana?"
Untuk kejutan Alex, sebuah suara lembut menjawab, "Selamat datang, Alex."
Alex melihat sekeliling tetapi tidak bisa melihat siapa yang berbicara. "Siapa di sana?" tanya dia.
Dari belakang sebuah pohon ek besar, muncul seekor rubah kecil dengan bulu oranye cerah dan mata hijau penasaran. "Aku, Felix," kata rubah itu, suaranya lembut dan hangat. "Aku telah menunggumu."
Mata Alex melebar penuh keheranan. "Kau bisa berbicara?"
Felix tertawa kecil. "Tentu saja, aku bisa. Semua hewan di hutan ini bisa berbicara, tetapi hanya kepada mereka yang benar benar peduli pada kami. Dan kami tahu kamu memiliki hati yang baik, Alex. Itulah sebabnya kami membutuhkan bantuanmu."
"Bantuan saya?" tanya Alex, berlutut agar sejajar dengan rubah itu. "Ada yang salah?"
Ekspresi Felix menjadi serius. "Jantung hutan kami, Pohon Besar, sakit. Daunnya berubah cokelat, dan cahayanya memudar. Pohon Besar menjaga hutan tetap hidup dan memberikan suara kepada hewan hewan. Tanpanya, sihir Hutan Berbicara akan menghilang."
Alex merasakan kepedihan. Ia tidak bisa membayangkan hutan kehilangan sihirnya. "Apakah ada yang bisa saya lakukan untuk membantu?"
Tanpa ragu, Alex mengangguk. "Saya akan melakukan apapun yang diperlukan."
Mata Felix berkilau penuh rasa syukur. "Terima kasih, Alex. Ikuti aku."
Saat mereka berjalan melalui hutan, Alex memperhatikan bagaimana hewan hewan tampak mengawasinya. Kelinci mengintip dari balik semak semak, tupai berhenti di cabang pohon, dan burung burung bertengger diam, mata mereka penuh harapan.
Tantangan pertama mereka muncul ketika mereka mencapai sebuah sungai lebar. Airnya jernih dan berkilau, tetapi tidak ada jembatan untuk melintas. Felix berhenti di tepi sungai, ekornya bergetar. "Kita perlu menyeberang, tetapi arusnya terlalu kuat untuk kita berenang."
Alex melihat sekeliling dan memperhatikan sekumpulan berang berang yang sedang membangun bendungan di dekatnya. "Mungkin mereka bisa membantu kita," katanya.
Ia mendekati berang berang dengan hati hati. "Permisi," kata Alex sopan. "Kami perlu menyeberang sungai untuk membantu Pohon Besar. Bisakah kalian membantu kami?"
Berang berang terbesar, dengan bulu yang mengilap dan mata bijaksana, mengamati Alex sejenak. "Mengapa kami harus membantu kalian?" tanyanya.
"Karena Pohon Besar memberikan kehidupan kepada hutan," jelas Alex. "Jika pohon itu memudar, hutan dan semua hewan akan menderita."
Berang berang itu mengangguk dengan pemikiran. "Baiklah. Kami akan membantu kalian."
Berang berang itu dengan cepat membangun sebuah jalur kokoh dari batang kayu melintasi sungai. Alex dan Felix dengan hati hati melintasi, berterima kasih kepada berang berang saat mereka mencapai sisi lain.
Perjalanan mereka berlanjut, dan segera mereka menghadapi tantangan kedua. Jalan di depan terhalang oleh semak duri yang berbelit belit. Duri duri itu tajam, dan tidak ada jalan lain untuk melewatinya.
Felix menunjuk ke sekelompok burung yang bertengger di dekatnya. "Mungkin burung burung bisa membantu membersihkan jalan," ia menyarankan.
Alex memanggil burung burung itu. "Permisi, dapatkah kalian membantu kami? Kami perlu melewati semak semak ini untuk menyelamatkan Pohon Besar."
Salah satu burung, seekor jay biru cerah, terbang turun. "Mengapa kami harus membantu kalian?" tanyanya.
"Karena Pohon Besar adalah jantung hutan," kata Alex. "Tanpanya, rumah kita akan kehilangan sihirnya."
Jay biru itu mengangguk dan memberi isyarat kepada burung burung lainnya. Bersama sama, mereka menggunakan paruh tajam mereka untuk memangkas duri duri, menciptakan jalur yang jelas.
"Terima kasih banyak!" kata Alex saat ia dan Felix melanjutkan perjalanan mereka.
Akhrinya, setelah apa yang terasa seperti berjam jam berjalan, mereka mencapai Padang Pelangi. Itu adalah tempat terindah yang pernah dilihat Alex. Rumputnya berkilau seolah ditutupi embun, dan bunga bunga berwarna warni bergoyang lembut tertiup angin. Di tengah padang terdapat semak yang dipenuhi dengan berry berkilau yang berkilau seperti pelangi kecil.
"Di sanalah mereka," kata Felix. "Glowberries."
Ketika Alex meraih berry berry itu, sebuah bayangan melintas di atas padang. Seekor gagak hitam besar dengan mata kuning tajam mendarat di depan semak. "Siapa yang berani mengambil Glowberries?" tanya gagak itu dengan nada menuntut.
Alex melangkah maju, jantungnya berdegup kencang. "Saya Alex, dan kami membutuhkan Glowberries untuk menyelamatkan Pohon Besar."
Gagak itu memiringkan kepalanya. "Dan mengapa saya harus membiarkanmu mengambilnya?"
"Karena hutan dan semua hewan bergantung pada Pohon Besar," kata Alex, suaranya mantap. "Tanpanya, sihir akan memudar, dan hutan akan layu. Tolong, izinkan kami mengambil berry berry itu untuk membantu hutan."
Gagak itu menatapnya cukup lama, kemudian mengangguk. "Kau memiliki hati yang baik, anak laki laki. Ambillah berry berry itu."
Alex dengan hati hati mengambil segenggam Glowberries dan meletakkannya di ranselnya. "Terima kasih," katanya kepada gagak itu.
Ketika mereka buru buru kembali melalui hutan, udara tampak semakin ringan, dan hewan hewan yang mereka lewati terlihat lebih penuh harapan. Ketika mereka mencapai Pohon Besar, Alex meletakkan Glowberries di akarnya. Felix membisikkan, "Sekarang kita menunggu."
Glowberries mulai berkilau, cahaya mereka menyebar melalui akar pohon. Secara perlahan, daun daun cokelat itu berubah menjadi hijau, dan cahaya pohon semakin terang. Hutan tampak bergetar dengan kehidupan, dan hewan hewan bersorak.
Alex tersenyum, hatinya penuh kebahagiaan. "Saya tidak bisa melakukannya tanpa bantuan semua orang."
Pohon Besar bergetar lembut, seolah olah untuk berterima kasih kepada Alex. Sebuah daun berkilau jatuh dan mendarat di tangannya. Felix berkata, "Ini adalah hadiah dari hutan. Ini akan mengingatkanmu tentang keberanian dan kebaikanmu."
Ketika Alex berjalan kembali ke desa dengan Whiskers di sisinya, ia merasakan kebahagiaan yang dalam. Ia tidak sabar untuk menceritakan kepada keluarganya tentang petualangan luar biasa itu. Dan meskipun ia tahu hewan hewan di hutan mungkin tidak berbicara kepada semua orang, ia berharap bahwa suatu hari nanti, ia akan kembali ke Hutan Berbicara yang ajaib.
Sejak hari itu, Alex terus merawat hewan hewan dan dunia di sekitarnya, mengetahui bahwa bahkan tindakan kecil kebaikan dapat membuat perbedaan besar.
Akhir.